RAMADHAN SEBAGAI MADRASAH
Oleh, Taufikurrahman
(Dan Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Ali Imran 133)
Kita sekarang sudah berada di penghujung Ramadhan. Beberapa ulama yang pernah melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan puasa ramadhan menganggap puasa ramadhan sebagai sebuah madrasah mutamayyizah atau lembaga pendidikan paforit yang dibuka oleh Islam setiap tahunnya untuk menerima pendaftaran peserta baru, berkadar kurikulum Ilahi.
Oleh karena itu siapa saja yang mendaftarkan dirinya ke madrasah mutamayyizah ini, yaitu berpuasa dengan baik sebagaimana telah digariskan Allah, kemudian mengamalkan ibadah-ibadah sunnat sebagaimana disyariatkan Rasulullah Saw, dia telah sukses dan berhasil dalam menempuh ujian dan meninggalkan bulan mulia ini dengan memperoleh keuntungan yang besarya itu magfirah dan diselamatkan dari siksa neraka.
Sebagai, madrasah, bulan puasa dijadikan latihan untuk menempa berbagai sifat terpuji, melawan nafsu, menangkal godaan dan rayuan syaitan. Puasa membiasakan seseorang bersikap sabar, mendidik jujur dan disiplin menumbuhkan sifat kasih saying dan tolong menolong yang menjalin rasa persaudaraan sesame umat Islam. Rasa persaudaraan tersebut tercermin dari nilai silaturrahmi saat berbuka bersama, tarawih, ketika sahur dan lain lain, yang pada gilirannya menimbulkan rasa kepedulian atas penderitaan sesama kaum muslimin.
Berpuasa selama sebulan penuh, merupakan latihan bagi kaum muslimin untuk rajin shalat berjamaah di masjid, berlatih untuk rajin kemajelis ta’lim, latihan membaca dan mentadabbur Al Qur’an yang kesemua latihan tersebut selanjutnya dibawa kebulan-bulan lainnya.
Puasa juga mendidik dan melatih orang agar dapat mengontrol diri dari perbuatan jahat. Karena itu orang yang berpuasa harus menjaga mulut dari perkataan kotor, seperti mencela, menggunjing, memfitnah, berdusta dan perbuatan lain yang menimbulkan dosa.Mulut harus dijaga dari ucapan yang menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain, tidak ngobrol dengan obrolan yang sia-sia, puasa itu dapat dikatakan berfungsi sebagai benteng (perisai), karena rasulullah pernah mengingatkan orang yang berpuasa agar jangan berkata kotor dan kasar, jika ada orang yang menyerang dan mencacimu maka katakan aku sedang berpuasa. Itu semua merupakancara untuk melatih mulut agar digunakan dalam hal yang bermanfaat dan menjauhi yang mafsadah.
Disisi lain orang yang berpuasa harus melatih mulutnya untuk membaca bacaan yang bermanfaat, seperti memperbanyak baca Al Qur’an, berzikir dan bertasbih maupun beristigfar. Al Qur’an yang dibaca dengan tartil sambil memahami maksud kandungannya akan menambah nilai puasa itu sendiri. Jika orang yang berpuasa telah dilatih dengan membiasakan bacaan Alquran, tasbih, istighfar, shalawat dan lain-lainnya, dan menjauhi dari dusta,ghibah dan bertengkar, maka diharapkan akan membawa latihan tersebut pada bulan lainnya di luar ramadhan. Karena itu menjaga mulut dari ucapan yang dilarang dalam berpuasa merupakan bentuk pelatihan agar nantinya mulut tidak lagi mengeluarkan kata-kata yang membawa kepada dosa dan permusuhan tetapi sebaliknya ucapan yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang baik dan menyenangkan bagi yang mendengarnya.
Puasa juga membiasakan dan melatih untuk bersikap sabar terutama terhadap yang diharamkan Allah. Penderitaan dan kesulitan dalam hidup kadangkala datang dan muncul secara tiba-tiba. Latihan tidak makan dan menahan minum sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari merupakan usaha agar selalu bersyukur dengan apa yang ia miliki dan bersabar atas segala kesusahan yang dihadapi. Orang yang berpuasa akan merasakan bagaimana penderitaan orang-orang yang tidak punya, mereka tidak makan dan tidak minum, bukan saja pada siang hari, tetapi juga menahan lapar dan dahaga sampai pada malam hari yang belum tahu sampai kapan dialaminya, karena keterbatasan yang mereka miliki.
Selain itu latihan dan pendidikan yang didapat dari ibadah puasa adalah kita dididik untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Jujur merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Dengan kejujuran ia akan selalu disiplin dan tidak akan menyalahgunakan kepercayaan dan amanah yang diberikan kepadanya. Karena itu meskipun hari sudah terlihat gelap, namun jika waktu berbuka belum tiba, maka tidak ada seteguk airpun atau sesuap nasipun yang masuk ketenggorokannya. Sebaliknya meski hari masih terlihat gelap saat bersahur, namun jika fajarsudahterbit, makanan selezat apapun tentu akan ditinggalkan. Ini sebuah bukti kejujuran seseorang yang sedang berpuasa. Kejujuran bukan hanya berlaku pada orang lain tetapi juga tetap berlaku untuk dirinya sendiri. Dengan demikian maka puasa juga akan membantu kejernihan akal dalam berpikir.
Ada yang lebih besar dan inti dari pelatihan dan pendidikan yang diambil dari ibadah puasa, yaitu usaha mengendalikan diri dari nafsu yang tidak baik, karena nafsu selalu mengajak kepada kejahatan.Dalam surat Yusuf ayat 53 Allah Swt mengingatkan dalam firmannya; Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Karena itu saat berbuka terkadang tidak terasa seseorang telah dikendalikan oleh hawa nafsu. Ia tidak sadar akan godaan nafsu yang membujuknya berbuka dengan makanan yang berlebihan sehingga membuat malas shalat tarawih. Semua makanan dan minuman yang telah disediakan saat berbuka dilahapnya melebihi dari ketentuan yang ada, perut yang penuh menjadi alasan shalat magrib tertunda.
Boleh jadi puasa yang seperti ini tidak ada nilai-nilai pendidikannya dan malah membawa akibat yang buruk bagi perkembangan dirinya. Tidak ada manfaat yang diperolehnya, bahkan pahala puasapun belum tentu diraihnya. Raulullah Saw sudah mengingatkan kita semua dalam sebuah sabdanya, betapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak memperoleh sesuatu dari puasanya kecuali lapar dan dahaga. Peringatan rasulullah itu perlu diresapi oleh setiap orang yang menjalankan ibadah puasa, agar di dalam berpuasa benar-benar dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa puasa yang dikerjakan dengan benar dan sesuai aturan yang telah disyariatkan, akan mendidikseseorangberakhlakmulia dan disiplin. Semoga kita semua yang melaksanakan puasa ramadhan benar-benar dapat menjadikan ibadah puasa itu sebagai sebuah madrasah atau tempat latihan untuk meraih gelar taqwa. Amin.
Samarinda, 28 Ramadhan 1443 H.