MERAIH GELAR TAKWA
Oleh, Taufikurrahman
(Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang takwa. Ali Imran 133).
Di penghujung ramadhan seperti sekarang ini, perlu kita muhasabah terhadap ibadah yang dilakukan sejak awal ramadhan. Jika puasa bertujuan untuk membentuk karakter orang-orang yang beriman menjadi karakternya orang yang bertakwa, maka pertanyaannya adalah apakah tanda-tanda melekatnya takwa tersebut sudah ada pada diri kita. Ada beberapa tanda ata uciri orang yang bertakwa menurut ayat 133 – 136 surat Ali Imran diantaranya adalah;.
Pertama; Selalu memohon ampunan Allah. Artinya orang yang takwa adalah orang yang selalu membiasakan dirinya memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahannya. Tidak ada manusia yang tidak berdosa, tetapi ia tidak larut dalam dosa dan kesalahan, iaingat Allah dan bersegera memohon ampun atas kesalahan dan dosa yang ia kerjakan. Rasulullah mengajarkan kepada ummatnya, bahwa beliau selalu memohon ampun dan beristighfar dalam sehari lebih dari seratus kali. Karena itu bagi orang yang bertakwa tiada hari tanpa istighfar, tidak hari tanpa bertobat dan memohon ampunan Allah.
Kedua; suka menafkahkan sebagian hartanya, baik disaat lapang, saat memiliki kelebihan maupun diwaktu sempit. Infaq dan sedekah yang dilakukan dapat membersihkan hati orang yang menafkahkan hartanya dari sifat kikir, bakhil dan kerasnya hati, sekaligus menumbuhkan sikap mau berkurban, berjiwa dermawan, bersikap lemah lembut dan ramah kepada orang yang membutuhkan, juga menimbulkan rasa simpati terhadap seluruh lapisan masyarakat.
Di samping bermanfaat bagi pemberinya, infaq dan sedekah juga memberikan nilai positif terhadap penerimanya. Karena dapat membersihkan hati orang yang menerima harta tersebut dari gejolak api dendam, menghilangkan rasa dengki serta dapat mencegah akibat buruk yang ditimbulkannya. Sedangkan bagi harta itu sendiri, infaq, sedekah, zakat dan lain-lainnya dapat membersihkan harta dan dapat menjadikan harta berkah. Dengan demikian infaq, sedekah mempunyai nilai ganda, membersihkan hati sekaligus harta. Dalam surat at Taubah ayat 103 dijelaskan, Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’amu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Ketiga; dapat mengelola nafsu, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.
Hawa nafsu merupakan pangkal semua perbuatan untuk mendurhakai perintah agama.Karena nafsu ingin menguasai harta orang lain, tidak jarang perampok atau pencuri melukai atau bahkan membunuh korbannya. Karena nafsu ingin berkuasa, seseorang pedagang menipu pembeli. Karena ingin hidup mewah, tak jarang seorang pegawai atau karyawan melakukan korupsi dan menyalah gunakan wewenang. Dan bahkan menurut pendapat para sufi, hawa nafsu merupakan pemutus tali hubungan antara hari manusia dengan tuhannya. Karena itu melawan nafsu bukanlah perkara yang gampang perlu kesungguhan.Jika gagal melawan hawa nafsu, maka akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya. Karena itu menurut al-Busyairi dalam kasidah burdahnya menyebutkan; Nafsuitu bagaikan seorang bayi. Bila terus anda susui, ia terus bergantung pada susu itu. Dan bila anda sapih, iapun tumbuh sehat. Karena itu jika nafsu dapat dikelola dengan baik, maka selanjutnya ia akan dapat menahan amarah. Kemampuan mengendalikan emos imembuat orang menjadi mulia. Oleh karena itu orang yang takwa, ia akan selal umelatih emosi dengan membiasakan sikap bersehaja, marah tida kberlebihan, senang tidak berlebihan, benci sekedarnya, atau lebih suka menahan emosi. Selanjutnya kalau sudah dapat menahan emosi, ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, tidak menaruh dendam dan selanjutnya iapun tidak mencari kesalahan orang lain dan akan berusaha memaafkan dan malah akan membalas kesalahan orang lain dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan terhadap dirinya.
Keempat; ciri orang yang bertakwa selanjutnya adalah jika ia berbuat fahisyah (keji) dan menzalim diri sendiri ia segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Selanjutnya ia tidak mengulangi dosa dan kesalahan yang pernah dilakukannya. Menurut Muhammad Sayid Thanthawi bahwa perbuatan keji dan menganiaya diri sendiri merupakan dua sisi dari setiap kedurhakaan, setiap perbuatan keji yang dilakukan seseorang berakibat penganiayaan atas dirinya, demikian pula sebaliknya .Karena itu kalau kita amati sifat-sifat orang yang bertakwa di atas, ditemukan bahwa maksiat dan kedurhakaan yang dilakukan seseorang selama dia segera menyadarinya, tidak mencabut identitas ketakwaannya. Semoga selama puasa dan ibadah lainnya yang kita lakukan di buan ramadhan ini, kita dapat meraih gelar takwa. Amin.
Samarinda, 27 Ramadhan 1443 H