Selamat Datang di pengadilan agama Samarinda   Click to listen highlighted text! Selamat Datang di pengadilan agama Samarinda Powered By GSpeech

WhatsApp Image 2020 02 15 at 13.34.59

Written by Super User on . Hits: 1923

MENGINTIP LAYLAT AL- QADR

Oleh, Taufikurrahman

(Malam kemuliaan (laylat al-qadr) itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izinTuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah malam itu sampai terbit fajar. al-Qadr 4).

            Salah satu keistimewaan  dibulan ramadhan yang diberikanoleh  Allah  kepada  orang-orang yang beriman adalah Laylat Al-Qadr, suatu malam yang dijelaskan oleh Al-Quran  lebih baik dari pada seribu bulan. Artinya jika seseorang yang beriman beribadah pada malam itu, maka Allah memberikan pahala melebihi dari ibadah selama seribu bulan. Suatu keistimewaan yang luar biasa diberikan Allah kepada ummat Nabi Muhammad Saw, yang belum pernah diberikan kepada ummat lainnya.

            Menurut M. QuraishShihab, malam qadr itu memiliki tiga arti; Pertama; qadr berarti penetapan dan pengaturan, sehingga Laylat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Kedua; Qadar yang berarti kemuliaan yang tiada bandingnya. Mulia karena ia terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran serta menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Ketiga; Qadr yang berarti sempit. Malam itu adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun kebumi.

            Ketiga makna yang dikemukakan itu pada hakikatnya dapat menjadi benar, karena bukankah malam tersebut adalah malam mulia, yang bila dapat diraih maka ia menetapkan masa depan manusia, dan pada malam itu malaikat-malaikat turun kebumi membawa kedamaian dan ketenangan.[1]

            Menurut pendapat mayoritas ulama Laylat Al-Qadr itu terjadi pada setiap bulan ramadhan dan bahkan Rasulullah Saw menganjurkan ummatnya untuk mempersiapkan jiwa menyambut malam mulia itu, terlebih lagi pada malam-malam ganjil disepuluh terakhir bulan ramadhan. Menurut riwayat  Abu Sa’id al-Khudri, Lailat al-Qadar terdapat pada malam dua puluh satu. Hadits riwayat Abdullah bin Unais menyebutkan pada malam dua puluh tiga. Sedang menurut Ibnu Abbas pada malam kedua puluh lima, Ubai bin Ka’ab pada malam kedua puluh tujuh dan dari riwayat Ubadah bin ash-Shamit, malam kedua puluh sembilan. Perbedaan pendapat tersebut diharapkan mendorong kita untuk bersungguh-sungguh menjaga malam yang mulia itu.

            Kesungguhan Rasulullah Saw untuk mengintip Laylat Al-Qadr juga dijelaskan oleh Aisyah Ra, istri beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Kana Rasulullah Saw Idza dakhala al-asyru, ahya al-laila, waaiqadha ahlalu wasyadda al-mi’zara (Rasulullah Saw apabila memasuki sepuluh terakhir bulan ramadhan, menghidupkan malam, membangunkan keluarga dan mengencangkan tali pinggangnya.

            Ungkapan di atas merupakan kinayah (kiasan), menghidupkan malam berarti mengisi malam-malam sepuluh terakhir bulan ramadhan itu dengan beribadah kepada Allah, mendirikan shalat sunnat, membaca Al-Quran dan i’tikaf di masjid. Kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh Rasulullah Saw sendirian, tetapi juga mengajak keluarganya. Kesungguhan Rasulullah Saw  mengisi malam yang mulia itu juga dilakukan beliau dengan mengencangkan tali pinggang.  Artinya beliau juga (i’tazalaan-nisa), meninggalkan istri-istri untuk beri’tikaf di masjid. Sebuah contoh kesungguhan Rasulullah Saw dalam beribadah dan mengisi sepuluh terakhir bulan ramadhan untuk menggapai malam yang mulia tersebut.

Untuk meraih kemuliaan itulah ummat yang beriman selalu berusaha mendapatkan tamu agung  yang didambakan kedatangannya. Tamu agung itu jangan hanya dilihat dari tanda-tanda fisik material seperti air menjadi beku, atau adanya cahaya yang masuk kedalam rumahnya dan lain-lain. Riwayat-riwayat tentang tanda-tanda fisik material seperti itu menurut M. Quraish Shihab tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu kepada kita diperintahkan untuk mengisi malam-malam yang ditenggerai sebagai malam qadar dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Kemuliaan Laylat Al-qadar tidak mungkin diraih kecuali oleh orang-orang tertentu saja, yaitu orang yang telah menyucikan jiwa dan telah mencapai tingkat kesadaran dan kesucian. Dengan berpuasa selama dua puluh hari di bulan ramadhan sebuah usaha untuk mencapai kesucian jiwa, sehingga dengan modal jiwa yang suci, maka malam kemuliaan itu diharapkan dapat mampir menemuinya. Karena itulah Rasulullah menyuruh ummatnya bersungguh-sungguh beribadah di sepuluh terakhir bulan ramadhan. Jika semuanya sudah dilaksanakan dengan baik, penyucian jiwa telah berhasil, maka terdapat dorongan dalam hati orang tersebutuntukmelakukankebaikankarenaadanyakedamaian, ketenangandanketenteraman di hatinya.

Kedamaian, ketenangandanketenteraman di hati itu melahirkan perbuatan yang baik, jika dulu masih ragu, maka muncul keyakinan, kalau dulu masih gelap dan tidak berilmu, sekarang menjadi terang dan berilmu pengetahuan, kalau dulunya selalu lalai dalam beribadah, kini selalu ingat akan perintah dan larangan Allah. Jika dulu beribadah diiringi dengan sifat riya, kini ibadah selalu dilakukan dengan keikhlasan, kalau dulu lemah, kini menjadi teguh, dan jika dulu masih ada sifat sombong, kini ia telah tahu akan dirinya, tidak pantas berbuat sombong dan harus meninggalkan sifat buruk itu. Pokoknya jika ia telah mendapatkan ketenangan, ketenteraman dan kedamaian di hatinya selanjutnya diikuti dengan selalu melakukan kebajikan, sebuah pertanda ia telah mendapatkan Laylat Al-qadar. Karena itu Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa pada saat mengintip Laylat Al-Qadar itu dan salah satu do’a yang diajarkan Rasulullah adalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbu al-afwafa’fu ‘anni (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai maaf, karenanya berikanlah maaf kepadaku). Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah mengajarkan do’a: Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah waqina ‘adzab al-nar. (WahaiTuhan kami, berilah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka). Amin.

Samarinda, 21 Ramadhan 1443 H.

 

[1]M. QuraishShihab, Membumikan Al-Quran, (Jakarta; Mizan, 1994), h. 313.

 

Download File PDF

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Samarinda

JL. Ir. H. JUANDA NO 64. SAMARINDA
KALIMANTAN TIMUR

 

Telp: 0541-742018

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Email Tabayun : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

fb.logo instagram 1581266 960 720

maps1 Lokasi Kantor

Copyright IT Support PA.Smd@2025
Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech