Jangan Marah
Oleh; Taufikurrahman.
Rasulullah saw pernah mengajarkan: Jangan marah!, Jangan marah!, jangan marah!, itulah sebuah nasihat rasullullah berulang-ulang kepada orang yang datang meminta nasihatnya.
Nasihat rasul yang singkat dan padat itu mengandung pengertian yang dalam. Marah akan membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Karena itu setiap orang harus mengendalikan emosi, yaitu mencegah agar kemarahan itu tidak menjurus pada melampawi batas.
Menurut ulama tasawuf, marah yang melampawi batas dapat menjauhkan diri dari pergaulan dan dapat pula menimbulkan kebencian dan memperbanyak musuh.
Selain itu marah dapat menimbulkan tahawur (berani yang membabi buta), jubn (pengecut), dan dayyus (lemah hati tidak bertindak). Karena itu orang-orang sufi memasukkan marah yang berlebihan kedalam jenis Nafsul-ammarah bis-su’ atau nafs yang tercela. Oleh karena itu Rasulullah Saw menganjurkan agar ummatnya memiliki sifat sabar dan mampu menahan serta mengendalikan amarahnya. Beliau bersabda: Orang yang paling gagah diantara kamu adalah orang yang mengalahkan nafsunya di waktu marah, dan orang yang penyabar adalah orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, meskipun ia dapat membalasnya.
Dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat 133-134 menyebutkan keistemewaan orang yang dapat mengendalikan amarahnya yaitu dengan menerima balasan pahala dan disediakan surga baginya. Pengendalian diri dari amarah merupakan sebuah perjuangan yang berat, sehingga Allah memberikan ganjaran yang besar.
Memiliki sifat marah adalah hal yang biasa dan manusiawi, karena tidak ada manusia yang terbebas sama sekali dari sifat marah. Karena itu untuk mengendalikan sifat marah ada beberapa cara yang harus kita ikuti sebagaimana diajarkan Imam Al-Gazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin;
Pertama; Hendaklah selalu berfikir dan mengingat tentang penjelasan agama yang menguraikan keutamaan menahan marah, seperti sabda nabi : Barang siapa yang menahan kemarahannya, maka Allah akan menahan siksaNya kepada orang itu.
Kedua; Hendaknya mengingat bagaimana siksa Allah bila kemarahannya diteruskan. Sebab biasanya kemarahan terjadi karena ada kesalahan orang lain dan ia keberatan memaafkannya.
Ketiga; Seyogianya hatinya sendiri selalu mengingat akibat kemarahan yang akan dihadapinya baik selagi di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Keempat; Dengan membayangkan betapa buruk wajahnya diwaktu sedang marah. Bayangkan pula betapa buruknya sifat marah itu sendiri. Lalu bandingkan dengan membayangkan bagaimana muka dan wajah orang yang santun dan penyabar serta tenang. Maka pilihlah mana yang lebih bagus dipandang dan dilihat, apakah muka orang yang sedang marah atau mukanya orang penyabar dan tenang.
Kelima; Hendaknya selalu mengingat bahwa marah itu adalah bujuk dan rayuan syaitan yang menyebabkan hina dan rendah dalam pandangan masyarakat. Kemudian bisikkan kedalam jiwa sendiri, mengapa engkau tidak tahan menderita pada saat sekarang, apakah engkau dapat menahan penderitaan dan kepedihan pada hari kiamat
Selain itu, juga ucapkan ta’awwudz, yaitu ‘A’udzubillahiminasysyaithanirrajim”. Bila sedang berdiri, duduklah, dan jika sedang duduk, berbaringlah. Dan disunnatkan pula segera berwudhu. Karena kemarahan berasal dari api dan dipadamkan dengan air.
Samarinda, 6 Ramadan 1443 H.