MENGELOLA NAFSU
Oleh; Taufikurrahman
Seorang sufi bernama Al-Bushiri dalam kasidah burdahnya mengibaratkan nafsu bagaikan seorang bayi yang masih menyusu pada ibunya, bila terus engkau beri susu, ia terus bergantung pada susu itu. Tetapi jika engkau sapih iapun dapat tumbuh sehat tanpa susu.
Inilah diantara bayit kasidah burdah yang menjelaskan bahwa nafsu yang ada dalam diri seseorang harus dikelola dengan baik. Karena dalam kehidupan manusia pada hakikatnya terjadi pergulatan antara nafsu muthmainnah dengan nafsu lawwamah, yang ditandai dengan pasang surutnya iman.
Karena itu melawan nafsu setan tidaklah gampang. Rasulullah saw suatu hari bersama shahabat menuju Madinah dari suatu peperangan melawan orang-orang kafir, beliau berkata: Kita baru saja pulang dari jihad kecil dan akan menghadapi jihad yang besar. Shahabatpun heran dan bertanya, jihad apa yang besar itu hai Rasulullah. Beliaupun menjawab, jihad melawan hawa nafsu.
Jihad dalam peperangan, musuh jelas tampak di depan mata, sedangkan jihad besar melawan nafsu tidak tampak, bahkan syaitan dalam menggoda manusia selalu memakai banyak cara. Malas, menunda waktu shalat, makan berlebihan, iri, dengki, dan sebagainya adalah tipu muslihat syaitan dalam mencelakakan manusia.
Oleh karena itu manfaatkan bulan Ramadan sebagai latihan dalam mengendalikan nafsu, yaitu mengendalikan nafsu-nafsu hewani dengan menahan keserakahan dan ketamakan.. Melawan kekuatan hawa nafsu adalah ibadah yang sangat mulia. Jika kita gagal melawannya, kekuatan inilah yang justru menguasai kita. Dan hal yang menghawatirkan adalah jika seseorang, hal buruk menguasai jiwanya. Dalam Al Qur’an surat al-Maidah ayat 30, diisyaratkan bagaimana hawa nafsu seorang Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara yang merugi.
Kerugian itu datang kepada manusia bila ia selalu mengikuti keinginan hawa nafsunya. Karena hawa nafsu selalu mengarahkan kepada kejahatan dan kerusakan. Karena itu jika nafsu tidak dikelola tetapi dibiarkan saja, lalu menguasai jiwa kita, pasti akan membahayakan dalam kehidupan.
Ibadah puasa yang kita kerjakan saat ini bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus, tetapi harus mampu menahan diri dari dorongan lima pancaindra dan lima persepsi kita. Misalnya mata yang berfungsi sebagai penglihatan, telinga berfungsi sebagai pendengaran, mulut digunakan untuk berbicara, hidung sebagai penciuman, dan tangan adalah rasa. Karena itu bagi siapa yang mampu menjaga pancaindra ini, ia akan mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu.
Mari kita sama-sama mencoba berlatih mengendalikan lima pancaindra dan lima persepsi kita dalam bulan Ramadan ini, semoga Ramadan kita tahun ini penuh makna dengan jalan menjaga hati agar tidak dirusak oleh bisikan syaitan. Karena syaitan selalu berusaha menyesatkan manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hijir ayat 39 – 40 : Ia (iblis) berkata; Tuhan, lantaran engkau menghukumku jadi tersesat, nanti aku akan menipu mereka (manusia) dan akan menyesatkan semuanya, kecuali hamaba-hamba-Mu yang ikhlash.
Hanya hamba-hamba yang ikhlas dalam mengerjakan ibadah yang dapat menjaga hatinya, sehingga hati orang-orang yang ikhlash selalu menjadi sehat yang disebut qalbun saliim. Semoga kita semua yang mengerjakan ibadah puasa ini termasuk hamba Allah yang ikhlas. Aamiin.
Samarinda, 5 Ramadan 1443 H