PUASA UNTUKKU DAN AKU YANG AKAN MEMBALASNYA
Oleh, Taufikurrahman.
Puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya. Demikian bunyi hadits qudsi tentang keutamaan puasa. Hadits ini menjadi menarik bila didiskusikan dengan mengajukan pertanyaan; bukankah setiap ibadah dikerjakan hanya semata-mata untuk Allah dan mengharap ridhanya, maka Allah pula yang akan memberikan balasan di akhirat kelak.
Kemudian mengapa di dalam riwayat di atas, Allah secara khsusus menyebutkan puasa untuk-Ku dan Aku yang akanmembalasnya. Lalu apakah ada keistemewaan-keistemewaan yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa, sehingga Allah secara khusus menyebutnya.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, di dalam Fathul Baari menjelaskan, bahwa penyebutan “puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya”, sebagai sebuah penghormatan kepada orang yang melaksanakannya. Paling tidak ada 3 hal yang menjadi istemewa bagi yang melaksanakan puasa sebagaimana maksud hadits di atas;
- Dalam ibadah puasa tidak ada unsure riya. Puasa merupakan ibadah rahasia yang pelaksanaannya tidak Nampak oleh manusia, bahkan puasa merupakan ibadah yang hanya ada di dalam hati. Hal ini sesuai dengan sabda nabi (La riyaa fi al-shaum). Tidak ada riya dalam puasa. Puasa adalah ibadah yang di dalamnya ada niat dan menahan makan dan minum serta menahan dari segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai tenggelam matahari. Kondisi tersebut tidak dapat dilihat karena letaknya ada di dalam hati
- Allah memberikan pahala puasa tanpa ada batasnya. Dalam menyebutkan nilai pahala yang akan diberikan kepada hambaNya, Allah sering menyebutkan berupa nominal seperti sepuluh kali lipat (Q.S.6:160), tujuh ratus ganda (Q.S.:2:261), bahkan dengan ganjaran yang tak terhitung banyaknya (Q.S.39:10). Namun terhadap ibadah puasa, Allah hanya menyebutkan dengan kalimat tak terhingga. Ini sebuah penghormatanyang tinggi diberikan oleh Allah terhadap Ash-Shaaim (orang yang mengerjakan puasa). Karena selama berpuasa berarti ia berusaha sabar untuk tidak memakan makanan yang halal, lebih-lebih lagi barang yang diharamkan.
- Penghormatan yang luar biasa diberikan Allah kepada orang yang Allah meyakinkan kepada orang-orang yang beriman bahwa kewajiban puasa yang dibebankan kepada mereka adalah sebuah penghargaan. Hal ini dapat dipahami dari hadits yang menjadi pembahasan dalam uraian ini, “puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalas”
Imam Al-Asqalani menganalogkan ibadah puasa yang dibalas oleh Allah dengan pemberian sebuah hadiah oleh pejabat tinggi seperti presiden atau pemberian seorangraja kepada rakyatnya. Seperti seorang Presiden atau Raja bertitah, jika ada diantara warga negaranya yang dapat melaksanakan suatu pekerjaan yang diperintahkan oleh presiden atau raja itu, maka beliau yang akan memberi hadiah dan menyerahkan hadiah tersebut secara langsung. Penyerahan hadiah oleh pejabat tinggi setingkat presiden atau raja kepada rakyatnya secara langsung tanpa harus mewakilkan kepada pejabat di bawahnya memiliki nilai positif bagi penerimanya. Ia merasa mendapatkan penghormatan yang luar biasa, dapat bertemu dengan orang yang terhormat, yang belum tentu dapat dirasakannya oleh semua orang, hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat kesempatan tersebut. Artinya tidak semua orang mendapat kesempatan mulia itu. Inilah suatu perasaan yang bahagia yang menyelimuti dirinya. Lebih-lebih lagi jika penghormatan itu datangnya dari Allah Swt. Analogi ini meskipun tidak pantas, karena membandingkan Allah dengan yang lain, namun analog tersebut hanya sebagai sebuah upaya untuk memudahkan memahami maksud hadits tersebut. Puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya.
Samarinda, 26 Ramadhan 1443 H.